Kamis, 01 Desember 2011

feminism radikal (Cuplikan dari sebuah buku Feminst Tough karya Rosemeri Putnam Tong)

Perspektif Libertarian dan Kultural

Kebanyakan dari perempuan ( dan laki-laki ) tahun 1960 dan 1970an yang termasuk dalam kelompok hak-hak permpuan seperti “ National Organization of woman “, percaya bahwa mereka dapat mencapai kesejahteraan gender dengan mereformasi “system” dengan bekerja untuk menghapuskan kebijakan pendidikan, hokum, dan ekonomi yang diskriminatif. Sebaliknya, kebanyakan perempuan yang membentuk kelompok seperti The Redstockings, The feminists, dan the new York Radical Feminist, serta ribuan kelompok penumbuhan kesadaran di seluruh Amerika Serikat, yang  kemudian menjaga semangat dari kelompok-kelompok tersebut tetap hidup memandang diri mereka sebagai revolusioner daripada reformis.

Membandingkan kelompok hak-hak perempuan dan kelompok pembebasan peremouan, kemudian menghubungkan kelompok yang pertama dengan feminism liberal, dan yang kedua dengan feminism radikal, disadari sejumlah besar feminis masuk ke dalam kategori antara kedua feminis ini. Misalnya dalam bab pertama Elizabeth Cady Stanton sebagai feminis liberal, terutama karena perannya dalam memastikan hak hukum perempuan dan terutama karena keyakinannya bahwa perempuan harus mempunyai hak pilih. Dalam tulisannya yang berhubungan dengan kritikannya terhadap ajaran Kristen. Bahkan dalam bukunya The Woman’s Bible, Stanton menyatakan bahwa secara jelas “ doktrin, kode, kitab suci ( Bibel )dan hokum (Kristen ), semuanya berdasarkan “gagasan ideal patriarchal”, bahwa perempuan diciptakan dengan mencontoh laki-laki dan laki-laki”. Stanton sangat menyadari bagaimana system seks/gender mengoperasi perempuan, tetapi karena kebanyakan perempuan pada masanya-termasuk mereka mereka yang paling aktif dalam gerakan perempuan-tidak tersedia atau tidak mampu untuk meliht apa yang secara jelas dilihat Stanton. Stanton mendedikasikan dirinya terutama pada progam-progam reformis liberal, dan bukan pada progam-progam tindak yang radikal revolusioner. Ia cukup puas karena berhasil memenangkan beberapa perjuangan, tetapi meninggalkan warisan pada feminis setelahnya untuk memenangkan perjuangan lainnya. Jika ada feminis seperti Stanton pada abad ke 20 dan masuk akal bahwa memang ada feminis seperti Stanton pada abad ke 20-perempuan radikal yang menggabungkan diri dengan progam liberal untuk alas an pragmatic, dan bukan teori. Adalah suatu kebenaran bahwa banyak feminis dulu dan kini, merupakan feminis “ pembebasan permpuan”, yang tidak rela menerima teori filsafat yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan politik praktis.

Untuk dapat di kualifikasikan sebagai seorang feminis radikal seorang feminis harus yakin bahwa system seks/gender adalah penyebab fundamental dari opresi terhadap perempuan. Menurut Alison Jaggar dan Paula Rothenberg , klaim tersebut dapat dinterpretasikan bermakna sebagai berikut :
1.      Bahwa perempuan adalah secara historis, kelompok teropresi yang pertama.
2.      Bahwa opresi terhadap perempuan adalah paling menyebar, dan ada di dalam hamper setiap masyarakat yang diketahui.
3.      Bahwa opresi ini terhadap perempuan adalah yang terdalam, yang berarti bahwa operasi ini merupakan bentuk opresi yang paling sulit dihapuskan dan tidak dapat dihilangkan dengan perubahan social yang lain, misalnya dengan penghapusan masyarakat kelas.
4.      Bahwa opresi terhadap perempuan menyababkan penderitaan yang paling buruk bagi korbannya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, meskipun penderitaan yang ditimbulkan muncul dengan tidak disadari karena adanya prasangka seksis, baik dari pihak opresor maupun dari pihak korban.
5.      Bahwa opresi terhadap perempuan memberikan model konseptual untuk memahami bentuk operasi yang lain.

Kini, feminis radikal-libertarian secara umum menggabungkan gagasan feminis radikal di Boston dan New York tahun 1960an  dan 1970an, yang pertama tama memberikan perhatian terhadap cara konsep feminitas dan juga peran dan tanggung jawab reproduksi dan seksual, seringkali berfungsi untuk membatasi pengembangan diri perempuan sebagai manusia yang utuh. Mereka ini adalah feminis radikal yang antara lain, menginginkan Androgini. Misalnya, Joreen J. Menulis “ Yang paling menganggu mengenai Bitch” adalah bahwa Bitch adalah Androgin. Ia memadukan di dalam dirinya kualitas yang didfefinisikan sebgai maskulin dan juga feminism. Seorang Bitch bersifat ganas, tidak bertele-tele, arogan dan kadang-kadang egoistic. Ia tidak menyukai hidup yang penuh kepura-puraan, yang dianggap alamiah bagi perempuan, karena seorang Bitch menginginkan kehidupannya sendiri’.
           
Kelompok feminis radikal ini menolak gagasan Androgini sebagai tujuan yang diinginkan oleh feminis, dan menggantikannya dengan proposal untuk menguatkan “Keperempuanan” esensial perempuan. Jauh dari percaya bahwa perempuan yang terbebaskan harus menunjukan sifat dan perilaku, baik maskulin maupun feminism, feminis radikal-kultural ini mengungkapkan pandangan bahwa adalah lebih baik menjadi perempuan/feminism daripada menjadi laiki-laki/maskulin. Karena itu perempuan tidak seharusnya mencoba menjadi laki-laki. Sebaliknya perempuan harusnya mencoba untuk menjadi lebih seperti perempuan dan menekankan nilai-nilai dan sifat-sifat yang secara cultural, dihubungkan terhadap perempuan.

Sesungguhnya, Echols dan Alcoff sendiri mengakui bahwa tidak semua feminis radikal-kultural percaya bahwa tidak semua feminis radikal-kultural percaya bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan berakar pada alam. Beberapa diantara mereka menurut Echols, berpendapat bahwa perbedaan seks/gender mengalir bukan semata-mata dari biologi, melainkan juga dari “sosialisasi” atau dari “sejarah keseluruhan menjadi perempuan di dalam masyarakat yang patriarkal”. Yang pada akhirnya tidak tampak menghasilkan perbedaan. Apakah perilaku laki-laki terhadap perempuan adalah hasil dari sifat alamiahnya atau dari kebudayaannya, feminis radikal-kultural akan tetap mengutuknya sebagai hal yang buruk. “maskulinitas” maupun “kejantanan” menimbulkan masalah yang sama besarnya bagi perempuan. Karena itu feminis radikal-kultural, tidak seperti feminis radikal-libertarian, menginstrusikan perempuan untuk menjaga karakter feminimnya dari tambahan-tambahan sifat maskulin yang beracun.

Feminis Radikal-Kultural dan Radikal Libertarian :
Memaknai Sistem Seks/Gender
Menganalisis Bnetuk Opresif Gender ( “Maskulinitas” dan “ Feminitas” )
            Agar dapat memahami pandangan feminis radikal-libertarian dan radikal-kultural, adalah penting untuk pertama-tama mendefinisi siste, seks/gender. Menurut feminis radikal-Libertarian Gayle rubin, system seks/gender adalah “ suatu rangkaian pengaturan, yang digunakan oleh masyarakat untuk transformasi seksualitas biologis menjadi produk  kegiatan manusia” jadi, misalnya masyarakat patriarchal menggunakan fakta tertentu mengenai fisiologis perempuan dan laki-laki ( kromosom, anatomi, hormone ), sebagai dasar untuk membangun serangkaian identitas dan perilaku “maskulin” dan “feminism” yang berlaku memberdayakan laki-laki dan melemahkan prempuan. Dalam proses mencapai tugas ini, masyarakat patriarchal berhasil meyakinkan dirinya sndiri bahwa konstruksi budayanya adalah “alamiah” dank arena itu “ normalitas “ seorang bergantung pada kemampuannya, untuk menunjukkan identitas dan perilaku gender yang secara cultural dihubungkan kepada jenis kelamin seseorang.
            Mereka mengklaim bahwa gender terpisah dari jenis kelamin, dan masyarakat patriarchal menggunakan peran gender yang kaku, untuk memastikan bahwa perempuan tetap pasif ( “ penuh kasih sayang, penurut, tanggap terhadap simpati dan persetujuan, ceria, baik dan ramah” ) dan laki-laki tetap aktif ( “ kuat, agresif, penuh rasa ingin tau, ambisius, penuh rencana, bertanggung jawab, orisinil dan kompetitif “). Karena itu cara bagi perempuan untuk menghancurkan kekuasaan laki-laki yang tidak layak atas perempuan adalah pertama-tama menyadari bahwa perempuan tidak ditakdirkan untuk menjadi pasif, seperti juga laki-laki tidak ditakdirkan untuk menjadi aktif, dan kemudian mengembangkan kombinasi apapun dari sifat-sifat feminism dan maskulin yang paling baik merefleksikan kepribadian unik mereka masing-smasing.

Feminis radikal-kultural dan radikal libertarian:
Memakai sistem sex/gender
Menganalisis bentuk opresif gender (‘’Maskulinitas”dan”femininitas”)
Menurut feminis radikal-libertarian Gayle Rubin, sistim gender/sex adalah suatu rangkaian pengaturan yang digunakan oleh masyarakat untuk mentrasformasi seksualitas biologis menjadi produk kegiatan manusia. Contohnya seperti yang terjadi pada masyarakat patriarkal. Feminis radikal-libertarian berasumsi bahwa gender terpisah dari jenis kelamin, dan masyarakat patriarlkal menggunakan peran gender yang kaku untuk memastikan bahwa perempuan tetap pasif, dan laki-laki tetap aktif. Untuk menghancurkan kekuasaan laki-laki yang tidak layak atas perempuan maka, perempuan harus manyadari bahwa dirinya tidak ditakdirkan untuk manjadi pasif dan laki-laki tidak ditakdirkan untuk menjadi aktif, kemudian mengembangkan kombinasi sifat-sifat feminin dan maskulin.
Pandangan radikal –libertarian (Millett dan Firestone)
Sexual politics karya Millett, menyatakan bahwa operasi terhadap perempuan sudah terkubur dalam di dalam sistem sex/gender. Ia juga berpendapatnbahwa sex adalah politik. Karena hubungan laki-laki dan permpuan merupakan hubungan kekuasaan.
Ideologipatriarkal menurut Millet, membesar besarkan perbedaan biologis laki-laki dan perempuan bahwa laki-laki maskulin dan dominan sedangkan perempuan sub ordinat/feminin. Mereka melakukan hal tersebut malalui institusi(akademi, gereja dan keluarga). Resistensi perempuan Amerika serikat pada tahun 1800-an, terhadap kekuasaan laki-laki laahir dalam berbagai bentuk. Dimulai tahun 1848 pada Seneca Falls, Nem York yang membantu perempuan mendapatkan banyak kebebasan ekonomi, politik, legal, dan kesetaraan,namun  kemudian gagal ketika membebaskan perempuan secara penuh karena gagal menentang sistim sex /gender di akarnya yang terdalam.
Millett menujuk pengarang D.H. Lawrence, Henry miller, dan Norman Mailer sebagai pemimimpin patriarki yang paling banyak bersuara di tahun 1930-1960-an dalam penyerangan gagasan feminis. Selain itu millett juga mengidantifikasikan dua kelompok patriarkal –psikolog neo-freudian dan sosiolog parsonian sebagi pemimpin dari penentang feminis. Millett meng klaim bahwa pengikut Freud menggunakan tulisannya, untuk merasionalkan hubungan yang tidak seimbang antara kedua jenis kelamin, meratifikasi peran trdisional, dan memfalidasi perbedaan tempra mental.
 Talcott parsons menggunakan tulisannya untuk berargumentasi, bahwa perbedaan antara sifat-sifat maskulin dan feminin lebih bersifat biologis/alami dari pada budaya/artifisial/buatan, dan tanpa dimorfisme gender yang ketat, masyarakat tidak akan berfungsi seperti sekarang.
Pada tahun 1970 Millet menginginkan suatu masa depan yang androgin, suatu integrasi dari struktur feminin dan maskulin yang selama ini terpisah. Integrasi harus berlangsung secara hati-hati dengan evaluasi secara menyeluruh dari semua sifat maskulin dan feminin. Androgini manurut Millett menjadi ideal jika kualitas feminin dan maskulin yang di integraasikan ke dalam manusia androgin masing-masing berharga. Namun hal ini tidak mungkin karena keduanya merupakan kebalikan satu sama lain. Yang lebih mungkin adalah menggabungkan di dalam satu orang kualitas kekuatan dan kelembutan karena kedua sifat ini saling melengkapi dan membantu seseorang untuk hidup dengan baik di dalam komunitasnya.
Dialectic of sex karya firestone.mengklaim bahwa dasar material idiologi sexual/politik dari submisi perempuan dan dominasi laki-laki berakar pada reproduksi laki-laki dan perempuan.

Dialectic of sex karya Firestone.
Shulamith Firestone, seorang feminis radikal-libertarian lain, mengklaim bahwa dasar material ideology seksual/politik dari submisi perempuan dan dominasi laki-laki berakar pada peran reproduksi laki-laki dan perempuan. Firestone percaya bahwa pemecahan yang ditawarkan oleh Millet bahwa harus ada penghapusan standar ganda seksual dan diberlakukannya system pengasuhan orangtya ganda. Kedua hal tersebut menurut Firestone tidaklah cukup, dibutuhkan lagi revolusi biologis dan social, untuk menghasilkan jenis pembebasan manusia
Firestone bersikeras bahwa dengan berakhirnya keluarga biologis, akan hancur pula situasi keluarga Oedipal yang melarang,diantaranya inses antara orangtua dan anak. Tidak lagi harus ada kekhawatiran mengenai inbreeding(perkawainan antar abggota keluarga, sejalan dengan kembalinya kemanusiaan ke dalam ‘penyimpangan polimorfus” dan kembali lagi dalam kebahagiaan dengan segala jenis perilaku seksual.
Firestone mengklaim, bahwa begitu perempuan dan laki-laki benar-benar bebas untuk melibatkan diri dalam hubungan seksual yang polimorfus atau menyimpang, laki-laki dan perempuan akan terus didorong untuk memadupadankan sifat dan perilaku feminine dan maskulin di dalam kondisi apapun yang diinginkannya. Sebagai hasilnya, tidak hanya manusia saja yang berevolusi menjadi manusia androgin tetapi juga semua budaya akan menjadi androgin.
Firestone percaya bahwa kebudayaan kita mengasosiasikan ilmu opengetahuan dan teknolugi dengan laki-laki, dan kesenian dengan perempuan. Modus teknologi laki-laki akan dapat “berproduksi  dalam ktualitas apa yang sebenarnya telah dibayangkan oleh modus estetis perempuan” yaitu suatu dunia dimana laki-laki tidak harus bekerja mati-matian untuk hidup, dan perempuan tidak lagi harus mengandung anak di dalam kesakitan dan kesulitan.

Beberapa pandangan Feminis Radikal-Kultural French dan Daly Marylin French
Sesungguhnya di dalam buku French yang berjudul Beyond Power,suatu bentuk androgini muncul dan menyiratkan bahwa sifat tradisional perempuan adalah lebih baik daripada sifat tradisional laki-laki. French mengklaim bahwa opresi laki-laki terhadap perempuan secara logika mengarahkan kepada system lain bentuk dominasi manusia. French beruisaha untuk menjelaskan ideology “power over” (berkuasa ats) yang menopangnya), dan ideology “pleasure with”(kenikmatan dengan) yang membebaskan dan dapat membongkar ideology penguasaan itu.
Setelah French meneliti asal muasal patriarki, French menyimpulkan bahwa manusia awal hidup dalam harmoni dengan alam. Namun  semakin besar kendali yang didapat manusia atas alam, semakin terpisah manusia dari diri manusia itu sendiri. Sebagai rasa terpisah yang dalam, menimbulkan kebencian, ketakutan dan akhirnya permusuhan, tidak mengherankan, bahwa perasaan negative ini mengintensifkan hasrat laki-laki untuk menguasai, tidak hanya alam tetapi juga perempuan. Kemudian lahirlah patriarki, suatu system hirarki yang menghargai power over.
French lebih menghargai nilai-nilai feminine daripada nilai-nilai maskulin. Kebanyakan dari reinterpretasi nilai-nilai maskulin, melibatkan perubahan di dalam makna deskriptifnya dan bukan makna evaluatifnya.
Karena ketidaksukaannya yang jelas atas nilai-nilai maskulin power-over, French mengklaim bahwa seorang manusia yang androgini, harus menyeimbangkan diri bukan antara pleasure with dengan power-over, melainkan antara  pleasure with dengan versi yang sudah difeminiskan dari power –over, yang dilabelinya sebagai power-to.
Meskipun Daily memulai perjalanan intelektualnya dalam Beyond God the Father, dengan seruan untuk androgini, ia akhirnya menolak istilah “maskulin” dan “feminim” secara keseluruhan, sebagai produk kebingungan patriarki. Dalam karya utama pertama, Beyond God the Father. Toward a Philosophy of Women’s Liberation, Daily berfokus kepada Tuhan, sebagai paradigma bagi semua patriarki, dan berargumentasi bahwa kecuali Tuhan dicabut dari kesadaran laki-laki dan perempuan, perempuan tidak pernah diberdayakan sebagai manusia yang utuh. Tuhan ini begitu jauh dan mengasingkan diri, sehingga ia tinggal di tempat di luar bumi. Hal itu menurutnya mengisyaratkan bahwa power-over pada akhirnya mengarah kepada “bentuk pemisahan”. Tuhan yang transenden, menurut Daily, adalah Tuhan yang berpikir dalam konteks hubungan “I-it” (saya benda itu), atau subjek-objek, atau Diri-Liyan.
Karena Tuhan transenden yang baru menolak perempuan, Daily berharap dapat menggantikannya dengan Tuhan yang imanen. Salah satu cara utama dalam pemikiran “I-it” , yang direfleksikan di dalam masyarakat patriarkal, menurut Daily, dilakukan melalui peran gender maskulin dan feminim yang kaku, yang mempolarkan masyarakat manusia ke dalam dua kelompok. Meskipun perhatiannya Daily mengenai penggunaan istilah “maskulinitas” dan “femininitas” , lebih mirip dengan istilah yang dicanangkan oleh French, ia menawarkan untuk memperlakukan kedua istilah ini, dengan cara yang berbeda dari yang ditawarkan French. Daily bersikeras bahwa  sifat-sifat feminim yang positif seperti cinta, kelembutan, saling berbagi, dan saling menjaga, harus secara hati-hati dibedakan dari ekses patologisnya, yaitu jenis “nilai-nilai” feminim masokistik, yang seringkali dimaknai secara salah.
Dalam Gyn/Ecology, Daily menolak tiga istilah yang digunakannya dalam Beyong God the Father. Tuhan, homoseksualitas, dan androgini. Ia menolak istilah Tuhan karena , baginya istilah itu menandai kematian bagi perempuan dan menutupi “Ada-yang-Mencintai- kehidupan” dalam diri perempuan. Jika ditelanjangi dari femininitas-nya, tegas Daily, perempuan akan tampil dalam kekuatan dan kecantikan perempuan yang asli (pra-patriarkal). Dalam banyak hal, penolakan yang kukuh terhadap androgini dalam Gyn/Ecology, membawanya ke arah transvaluasi nilai, telah membawa Friedrich Nietzche: menuju redefinisi dari apa yang baik dan buruk, counter terhadap gagasan yang berlaku , mengenai apa yang baik dan buruk.
Mereka yang mendukung moralitas budak memuji-muji kualitas seperti kebaikan, kerendahan hati, simpati, sebagai kebaikan, dan mengkritik kualitas seperti ketegasan, keterpisahan, dan kebanggaan sebagai keburukan. Untuk menghentikan kehendak atas impotensi, kebiasa-biasaan, dan kematian, Neitzche memandatkan suatu transvaluasi dari semua nilai. Dalam hal ini, maksudnya bukanlah penciptaan suatu rangkaian nilai-nilai moral yang baru.
Daily adalah pengikut Neitzche karena ia bersikeras bahwa dalam hal perempuan, perempuan yang dianggap jahat oleh patriarki adalah sesungguhnya baik, sementara perempuan yang dianggap baik sesungguhnya adalah buruk. Daily menegaskan bahwa perempuan memutuskan perempuan seperti apa yang diinginkannya. Misalnya adalah baik bagi seorang perempuan untuk menjadi seorang “hag” . Daily menjelaskan:  “  Hag berasal dari bahasa Inggris lama yang bermakna “harpy” (makhluk jahat berkepala perempuan tetapi bertubuh burung), penyihir. Makna pertama dan kuno yang diberikan Webster atas Hag adalah: “ setan perempuan: “ FURY (salah satu dari tiga dewi berkepala ular di dalam keyakinan kuno yunani yang memberikan hukuman atas kejahatan .”
Menurut Daly untuk menjadi utuh, seorang perempuan perlu melepaskan identitas semunya-femininitas- yang dikonstruksi oleh kebudayaan patriarki baginya. Dalam buku tentang perempuan ( Pure Lust : Elemental-Feminist-Philosophy), Daly memperlebar analisis Frech mengenai power to ( kekuatan untuk ). Kekuatan ini yang menjadi makanan laki-laki, yang membuat perempuan tumbuh menjadi kurus, lemah, rentan bahkan anoreksik. Untuk tumbuh kuat, seorang perempuan harus meresistensi jebakan androgini Menurut Daly perempuan seharusnya tidak tertipu oleh kata-kata laki-lakiyang semata-mata adalah sebuah taktik laki-laki, bahwa apapun yang terbaik bagi perempuan adalah untuk menyesuaikan dengan kepentingan laki-laki. Laki-laki perlahan-lahan mulai memahami bahwa menjadi androgini adalah untuk kepentingan mereka sendiri ( dan bukan untuk kepentingan perempuan ), karena kelaki-lakian mereka tidak menawarkan banyak hal. Laki-laki ingin menjadi androgin, agar dapat menyerap atau bahkan memakan segala sesuatu yang/tentang perempuan, dan menyedot energy perempuan ke dalam tubuh dan pikirannya.
Menurut Daly perempuan harus menenun pemahaman diri yang baru, tetap terpisah secara radikal dari laki-laki dan dengan demikian menyimpan energy untuk kepentingan sendiri.
Istilah Lust ( hasrat/nafsu seksual ) adalah salah satu yang menunjukkan argument Daly. Lust bermakna hasrat seksual, terutama yang berkenaan dengan orng yang suka menjajakan diri. Daly mengakui nafsu seksual adalah jahat/ buruk, hal ini terjadi karena kita hidup dalam patriarki yang bermoralitas budak, yang membenci perempuan. Jika tidak hidup dalam masyarakat patriarchal maka Lust akan mempunyai makna yang baik seperti “kekuatan”, “fertilitas”, “keinginan”, “hasrat”, dan “antusiasme”. Pure Lust menstransvaluasi apa yang dianggap  kebaikan dan keburukan perempuan.Tulisan itu terutama menunjukkan bagaimana kuasa patriarkhal merebut perempuan yang alamiah dari nafsu yang bonafid  yang dan menggantikannya dengan segala bentuk yang disebut sebagai nafsu “plastic” dan “dalam kemasan”, nafsu yang tidak autentik dan palsu yang diciptakan untuk perempuan palsu. Nafsu plastic seperti rasa bersalah, kekhawatiran, depresi, ketidak ramahan, kegetiran, ketidaksukaan,, frustasi, kebosanan, kepasrahan, dan pemenuhan, bukanlah pengganti untuk nafsu asli seperti cinta, hasrat, kesukacitaan, kebencian, penyesalan, harapan, ketidakberdayaan, ketakutan dan kemarahan. Nafsu yang asli mendorong perempuan untuk melakukan tindakan yang penuh makna, nafsu plastic melemahkan perempuan.

MenganalisisKarakter Opresif Seksualitas (Dominasi laki-laki dan subordinasi perempuan)
·         Feminis radikal-libertial dan feminis radikal-kultur mempunyai pendapat yang berbeda, bukan saja mengenai gender, melainkan juga mengenai seksualitas.
·         Menurut Ferguson, asumsi masing-masing kelompokmengenai sifat-sifat serta fungsi seksualitas, adalah sebagaimana seksualitas dibangun dan dikendalikan oleh masyarakat, serta kondisi yang diperlukan dan memadai bagi kebebasan seksual dilawan secara diametris.
o   Ferguson mengklaim bahwa bagi feminis radikal-libertian seksualitas adalah”pertukaran kenikmatan seksual erotis dan genital ragawi”
o   Rubin yang merupakan juru bicara yang paling keras bagi ideology radikal-libertian berargumentasi bahwa salah satu kunci bagi kebebasan manusia, termasuk kebebasan perempuan, adalah mengakhiri represi seksual yang mengalir dari ideology yang menggambarkan seks dalam istilah-istilah dosa, penyakit, neurotic, patologi, dekadensi, polusi, atau menurunnya jatuhnya empire.
o   Menurut Rubin, semakin tebal suatu kebudayaan menarik garis batas antara hubungan seksual yang dapat ditoleransi dan tidak, semakin mungkin untuk bersikeras bahwa garis ini harus dijaga secara ketat, untuk berjaga-jaga agar chaos seksual tidak mengganti tatanan seksual.
o   Rubin bersikeras bahwa feminis radikal cultural salah, ketika mereka menasehati perempuan untuk terlibat hanya dalam “lesbianisme yang monogami, yang muncul dalam hubungan jangka panjang yang intim dan yang didalamnya tidak melibatkan peran yang terpolarisasikan, dan bahwa antifeminisme juga salah ketika mereka menasehati perempuan bahwa peran seksual mereka adalah pertama-tama dan terutama untuk untuk memenuhi kebutuhan hasrat dan kebutuhan seksual laki-laki.
o   Feminis radikal-kultural memperingatkan perempuan untuk menolak seksualitas laki-laki, yang dianggap secara intrinsic salah.
o   Feminis radikal-kultural menyimpulkan hubungan heteroseksualitas sebagaimana dipahami dalam patriarki adalah petualangan perempuan yang salah.
o   Heteroseksualitas adalah tentang dominasi laki-laki dan subordinasi perempuan, yang memancangkan panggunguntuk pornogafi, prostitusi, pelecehan seksual, perkosaan, dan kekerasan terhadap perempuan.
o   Menurut feminis radikal cultural kunci pembebasan perempuan adalah dengan menghapuskan’’semua institusi patriarki.

Pornografi Simtom dan Simbol Seksualitas Perempuan yang di kendalikan Laki-laki atau Kesempatan bagi Seksualitas Perempuan yang di kendalikan Perempuan?

Feminisme radikal-liberian menekankan bahwa karena masyarakat  kita menyediakan ”begitu sedikit cerita seksualitas yang tegas dan sehat” tidaklah mengherankan bahwa orang-orang  terutama perempuan,cenderung untuk mempunyai gagasan yang negatif tentang hubungan seksual. Kebudayan kita yang fobia terhadap seks,menurut Feminis radikal-liberian memborbardir perempuan dengan citra laki-laki,predator seksuak,binatang yang tengah memangsa buruan “buruan” perempuannya Kebudayaan kita yang fobia terhadap seks juga terusmenerus menawarkan pada laki-laki gambaran perempuan sebagai penggoda seksual yang manipulatif yang menggunakan ragawinya untuk mendapatkan kendali atas hati dan terutama dompet dan seorang laki-laki.
Menyakini bahwa perempuan dapat dan harus mempergunakan pornografi untuk membangunkan nafsu seksual yang lama terepresi dan untuk menghasilkan fantasi  seksual yang menghasilkan kenikmatan,Feminis radikal-lebertarian mendorong perempuan untuk melihat sebanyak mungkin bentuk material yang menampilkan hubungan seksual secara eksplisit,yang di desain untuk membangunkan ketertarikan manusia akan gairah seksual yang kuat,bahkan yang di anggap tidak sehat,sebagaimana diinginkan oleh yang bersangkutan,feminis radikal-libetarian mengakui garis yang membatasi fantasi seks dengan pemerkosaan yang sungguh-sungguh dapat dan terlewati
Feminisme radikal-kulturalmenekankan bahwa seksualitas dan gender adalah produk dari kekuatan sosial yang sama opresifnya,Menurut mereka tidak ada perbedaan antara diskriminasi gender di ruang kerja,dan objektivikasi seksual di kamar tidur , pornografi tidak lebih dari  propaganda patrialkal mengenai peran perempuan yang “seharusnya” sebagai pembant, pembantu, penolong, perawat, dan mainan laki-laki.Laki-Laki adalah subjek Perempuan adalah objek.Feminisme radikal-kultural mengeklaim bahwa pornografi membahayakan perempuan dengan tiga cara
1.      Dengan mendorong laki-laki untuk berperilaku yang secara seksual berbahaya bagiperempuan {misalnya: pelecehan seksual, perkosaan, penganiayaan terhadap perempuan}
2.      Dengan menistakan perempuan sebagaimanusia yang tidak mempunyai penghargagan terhadap diri sendiri karena mereka baik secara aktif mencari,ataupun secara pasif menerima penganiayaan seksual.
3.      Dengan mengarahkan laki-laki untuk tigak saja berpikir bahwa perempuan adalah manusia yang kurang

Feminis radikal-kultural mencari perlindungan bagi perempuan dari undang-undang antidiskriminasi ,mereka mengikuti arahan  dari Andrea Dworkin dan Mackinnon yang mendefinisi pornografi sebagai Subordinasi perempuan yang eksplosit secara seksual, dan grafis melalui gambar atau kata-kata yang juga melingkupi perempuan,yang didehumanisasi sebagai objek seksual, benda,atau komuditi yang menikmati rasa sakit, rasa malu, atau perkosaan,diikat,atau di potong,dimutilasi,di pukuli sampai memar atau di sakiti secara fisik.
Mengeklaim seksualitas adalah fokus kekuasaan laki-laki, yang merupakan tempat gender dan hubungan gender dikonstruksikan feminis radikal-kultural berargumen bahwa pornografi sebagaimana telahdidefinisimendorong laki-laki untuk memperlakukan perempuan sebagai warga negara kelas dua, Feminis radikal-kultural berpendapat bahwa karena pornografi menciptakan bingkai acuan yang memandang perempuan sebagai tidak sepenuhnya manusia
Meskipun feminis radikal-kultural di bawah kepemimpinan Mac kinnon dan Dworkin berhasil memunculkan Feminist Anti-Censorship Taskforce {FACT} yang mengacu pada Film Swept away  untuk menunjukkan subordinasi perempuan yang secara seksual eksplisit.
Feminis radikal-libertanian tidak merasa puas dengan pembedaan yang di tarik oleh Feminis radikal-kultural antara erotika dan thanatika,perbedaan ini mengimplikasikan bahwa hubungan seksual yang baik adalah hubungan seksual “vanila” lembut, menyentuh, bersisian, yang kesemuanya menghasilkan hubungan seks yang  indah.
Yang membedakan Feminis radikal-libertanian dari Feminis radikal-kultural adalah lesbianisme dimana mulai munculnya hubungan seksual heteroseksual,Feminis radikal-libertarianmenafsirkan bahwa Koedt  memberikan alasan yang kuat bagi perempuan untuk hanya  melibatkan diri di dalam apa yang disebut sebagai heteroseksualitas yang bukan merupakan keharusan,perempuan tidak harus berhubungan dengan laki-laki untuk mencapai kenikmatan seksual,kecual perempuan tersebut menginginkannya, berbeda dengan feminisme radikal-libertanis, feminisme radikal-kultural berpendat bahwa koedt menyiratkan hal tersebut kareana tidak ada alasan psikologis bagi perempuan untuk berhubungan seksual dengaan laki-laki,tidak ada alasan psikologis feminis bagi seseorang perempuan untuk menginginkan berhubungan seksual dengan seorang laki-laki.
Lesbianisme: Sekadar Kecenderungan Seksual atau Paradigma Seksualitas Perempuan yang Dikendalikan Perempuan.

Topik lain  yang membedakan feminis radikal- libertarian dari feminis radikal- kultural  adalah lesbianisme. Terutama lesbianism “separatis”. Lesbianism muncul sebagai isu didalam gerakan perempuan di tahun 1970-an. Pada konferensi ke dua untuk mempersatukan perempuan, penyelenggara konferensi telah mengantisipasi masalah karena hampir semua komunitas feminis berada dalam proses mengakses essai provokatif Ann Koedt The Myth of the Vaginal Orgasm (mitos orgasme vagina).
Feminis radikal-libertarian menafsirkan bahwa Koedt memberikan alasan yang kuat bagi perempuan untuk hanya melibatkan diri di dalam apa yang disebut sebagai heteroseksualitas yang bukan merupakan keharusan. Karena perempuan tidak membutuhkan laki-laki untuk mencapai puncak kenikmatan, kecuali jika menginginkannya.
Penafsiran feminism radikal –kultural atas esai Koedt, menyabar di kalangan feminis, sehingga banyak feminis heteroseksual yang merasa menyimpang.
Meskipun feminis radikal- libertarian setuju dengan feminis radikal- cultural, bahwa heteroseksual mungkin telah dipaksakan terhadap perempuan yang jika tidak ada campur tangan dari pihak lain, mungkin akan menjadi lesbian. Menurut feminis radikal-libertarian, perempuan akan mendapatkan kenikmatan seksual dalam hubungan seksual dengan laki-laki, jika laki-laki membuat kepuasan seksual perempuan sama pentingnya dengan kenikmatan seksual mereka sendiri.
Feminis radikal –libertarian juga menekankan bahwa laki-laki sebagai individu, seburuk-buruknya mereka, bukanlah prosesor utama perempuan. Sebaliknya, musuh utama perempuan adalah patriarkhi, produk yang dihasilkan oleh keuntungan , prioritas, dan prerogative berabad-abad yang dinikmati laki-laki. Karena itu, tidak seperti feminis radikal-kultural, yang mendorong perempuan untuk berhenti berhubungan dengan laki-laki sebagai individu, mengenai sikap dan perilaku chauvinis mereka dalam usaha untuk memaksa laki-laki, agar melepaskan diri secara bebas dari keuntungan yang tidak adil, yang telah dianugrahkan oleh patriarki terhadap mereka.
Karena itu, menurut feminis radikal-libertarian, perempuan ditahun 1990-an sama seperti perempuan ditahun 1960-an, tidak harus hidup bersama dibagian pinggir masyarakat, atau berhubungan seks dengan satu sama lain untuk menjadi terbebaskan.

Feminis Radikal-Libertarian dan Radikal-Kultural:
Apakah Reproduksi Perempuan Suatu Kutukan atau Anugrah?
Feminis radikal-libertarian meyakini bahwa perempuan harus menggantikan modus alamiah reproduksi dengan modus artificial. Sedangkan feminis radikal-kultural percaya bahwa untuk kepentingan perempuan sendiri ketika berprokreasi secara alamiah.

Reproduksi Alamiah sebagai Penyebab Opresi terhadap Perempuan
The Dialectic of Sex karya Firestone, ia mengklaim bahwa patriarki, subordinasi perempuan yang sistematis, berakar pada ketidaksetaraan biologis dari kedua jenis kelamin. Refleksi Firestone mengenai peran reproduksi perempuan membawanya kepada revisi feminis atas dan Engels telah memfokuskan diri pada perjuangan kelas sebagai kekuatan pendorong sejarah, keduanya hamper tidak memberi perhatian kepada apa yang diistilahkan Firestone sebagai kelas “jenis kelamin”.
Dengan perkataan lain, bagi Firestone, reproduksi dan bukannya produksi, adalah kekuatan yang mendorong di dalam sejarah. Pembedaan kelas yang mula –mula berakar dari peran reproduksi yang berbeda antar manusia, dan bahkan atas kelas, adalah berdasarkan perbedaan rasial diantara manusia.
Berapapun banyaknya kesetaraan pendidikan, hukum, dan politik yang dapat dicapai oleh perempuan dan berapapun banyaknya perempuan masuk dunia industry public, Forestone bersikeras bahwa tidak akan ada perubahan fundamental bagi perempuan, selama reproduksi alamiah tetap menjadi keharusan, sementara reproduksi buatan merupakan pengecualian.
Buku Engels yang berjudul Origin of the Family, Private Property, and the State adalah tidak lengkap, bukan semata-mata karena ia gagal untuk menjelaskan secara memadai, mengapa laki-laki menjadi produser dari nilai surplus, menurut Firestone, melainkan karena Engels gagal menjelaskan secara memadai mengapa laki-laki begitu berharap untuk mewariskan hak milik mereka kepada anak-anak biologis mereka.

Reproduksi Alamiah Sebagai Sumber Pembebasan Perempuan.
Dijelaskan disini bahwa sesungguhnya laki-laki itu merasa teralienasi terhadap perempuan karena perempuan mempunyai kelebihan untuk dapat hamil dan melahirkan, sedangkan laki-laki tidak bisa. Laki-laki hanya dapat memainkan peran kecil dalam kehidupan, tapi tidak dapat merasakan mengandung  dan melahirkan. Sehingga dengan kelebihan seorang laki-laki yaitu pada spermanya, maka laki-laki berusaha untuk membatasi reproduksi perempuan melalui kekuasaan laki-laki yaitu kekuasaan dapat atau tidak menghadirkan kehidupan baru ke dunia ini yang tentu saja melalui sumbangan sperma laki-laki.
Selain itu, karena laki-laki yang merasa teralienasi terhadap perempuan yang dapat mengandung dan melahirkan, sehingga laki-laki ingin ikut andil dalam prosesi kehamilan seorang perempuan. Diantaranya yaitu menjadi dokter kehamilan yang sesungguhnya menggeser peranan bidan yang notabene adalah perempuan. Laki-laki tidak hanya sampai di situ saja, karena laki-laki pada masa sekarang ini adalah yang membuat aturan-aturan mengenai perempuan yang sedang hamil termasuk bagaimana cara menjaga kehamilan, makan makanan yang bergizi untuk kehamialan, kesehatan janin, hingga proses melahirkan yang ditangani oleh laki-laki.
Namun dalam beberapa hal, perempuan juga merasa teralienasi manakala laki-laki sebagai penyumbang sperma telah melakukan tindakan atas perasaan terealienasinya tersebut. Manakala perempuan mempunyai kekurangan dalam dirinya yang mungkin tidak diinginkan, seperti tidak dapat hamil, sedangakan sang suami menginginkan anak, maka laki-laki berfikir bagaimana cara untuk dapat mengajasilkan keturunan, dan akhirnya terciptalah teknologi seperti bayi tabung. Bayi tabung merupakn hasil pemikiran para lelaki yang meminginkan anak karena sang istri tidak dapat hamil, sedangkan laki-laki subur. Sehingga dengan adanya hal ini perempuan juga merasa teralienasi  karena ketidak berdayaannya untuk tidak bisa hamil.

Kririk terhadap Firstone dan Semua Anjuran Lain atas teknologi Reproduksi.
Feminis radikal-kultural mengklaim bahwa operasi terhadap perempuan bukanlah disebabkan semata-mata oleh biologi perempuan itu sendiri, melainkan karena kecemburuan  laki-laki terhadap kemampuan reproduksi perempuan, dan hasrat yang mengikutinya untuk mengambil kendali atas biologi perempuan melalui alat teknologi dan ilmu pengetahuan. Sampai pada tingkat pemanfaatan reproduksi buatan, kesadaran reproduksi laki-laki berbeda dengan perempuan.
1.      Perempuan mengalami prokreasi secara terus menerus di dalam tubuhnya, sementara laki-laki sebagai gerakan yang diskontinu yang terjadi di luar tubuhnya.
2.      Perempuan melakukan kerja reproduksi yang fundamental (mengandung dan melahirkan), laki-laki hal yang paling bisa dilakukan yaitu mendukung persiapan proses melahirkan, dan mencoba membayangkan apa arti dan bagaimana rasanya hamil.
3.      Keterkaitan perempuan dengan anakanya jelas, sedangkan laki-laki tidak. Laki-laki dapat tidak yakin bahwa dia benar-benar berhubungan genetik dengan anaknya.
Dalam pemikiran feminis-radikal Aliansi laki-laki dari proses produksi alamiah membantu menjelaskan mengapa laki-laki berusaha membatasi kekuatan reproduksi perempuan. Laki-laki menyadari bahwa patriarki tidak dapat terus berlangsung, untuk menjaga kekuasaan tersebut, laki-laki mengambil alih proses kelahiran (dokter kandungan laki-laki yang menggantikan bidan). Donor sperma dan telur, fertlisasi invitro, praseleksi jenis kelamin, dan transplantasi embrio, reproduksi buatan adalah usaha patriarki agar pengalaman prokreasi perempuan menjadi sama mengalienasi.
Menurut Genea Corea jika laki-laki mengendalikan teknologi reproduksi baru, laki-laki tidak akan menggunakanya untuk memampukan perempuan melainkan untuk lebih memampukan dirinya sendiri dan hanya akan meningkatkan kendali laki-laki atas perempuan. Feminis radikal-kultural mendorong perempuan untuk tidak menyerahkan kekuatan perempuan untuk bereproduksi secara alamiah.
Feminis Radikal-Libertarian dan Radikal-Kultural:
Apakah Mohthering merupakan kepentingan pereempuan atau Bukan?
Istilah mothering mengacu pada hubungan apa-pun yang di dalamnya satu individu merawat dan menyayangi yang lain, maka seseorang tidak perlu menjadi ibu biologis untuk menjaddi ibu sosial. Aliran feminis radikal-libertarian sebagaimana yang dikemukakan oleh Ann Oakley bahwa motherhood biologis adalah mitos berdasarkan tiga lapis keyakinan yakni:
1.      Semua perempuan perlu menjadi ibu
Kebutuhan perempuan untuk menjadi seorang ibu tidak ada hubunganya dengan kepemilikan rahim, melainkan dengan cara perempuan dikondisikan secara sosial dan kultural untuk menjadi ibu.
2.      Semua ibu memerlukan anak-anaknya
Berdasarkan keyakinan bahwa kecuali jika “insting keibuan” seorang perempuan dipenuhi, seorang perempuan akan akan mengalami peningkatan perasaan frustasi.
3.      Semua anak memerlukan ibunya
Ø  Kebutuhan seorang anak akan ibu paling baik jika dipenuhi oleh ibu biologisnya
Ø  Anak terutama anak kecil membutuhkan perawatan penuh dari ibu biologisnya
Ø  Anak-anak membutuhkan satu pengasuh untuk merawatnya (lebih disukai jika ibu biologisnya)
Kesimpulanya bahwa motherhood biologis adalah merupakan konstruksi budaya, yaitu suatu mitos dengan tujuan-tujuan yang opresif.
            Shulamith Firestone juga mengutarakan bahwa hasrat untuk mengandung  dan membesarkan anak bukan akibat dari kesukaan autentik terhadap anak-anak melainkan lebih merupakan penggantian dari kebutuhan pengembangan diri.

Pendapat yang mendukung Motherhood Biologis
Adrienne Rich da lam bukunya “Of Woman Born” membedakan dengan tajam, motherhood biologis yang dipahami sebagai “hubungan potensial antara setiap perempuan dengan kekuatan reroduksinya dengan anak-anaknya” dan “motherhood biologis yang dipahami sebagai “institusi”, yang bertujuan untuk memastikan bahwa potensi dan semua perempuan akan tetap berada di dalam kendali laki-laki. Rich setuju atas pendapat dari firestone bahwa motherhood biologis sebagaimana hal itu sudah dilembagakan di bawah patriarki, adalah sesuatu yang harus dilepaskan dari perempuan. Karena motherhood yang dilembagakan dibawah patriarki membatasi dan mengabaikan hak perempuan dari akses terhadap ranah publik kebudayaan. Rich juga berpendapat bahwa institusi motherhood biologis menghambat perempuan untuk membesarkan anak-anaknya , tentang bagaimana cara terbaik membesarkan anak-anaknya. Kebanyakan laki-laki menuntut mempunyai anak laki-laki untuk alasan yang salah seperti sebagai ahli waris, pembantu diladang, penerus bapaknya dan sebagainya serta istri dituntut untuk membantu membesarkan anak. Meskipun rich dan firestone salah dalam argumennya bahwa biologis perempuan adalah bersifat membatasi dan satu-satunya cara untuk membebaskan perempuan dari pembatasan ini adalah melalui teknologi reproduksi.
Apa yang Membuat Seorang Perempuan disebut Ibu?Hubungan Genetik, Gestasional dan atau Pengasuhan
Fokus perhatian dari feminis radikal-kultural dan radikal-libertarian adalah mengenai ibu pinjaman atau ibu kontrak. Ibu yang melahirkan merupakan ibu biologis penuh dari anak yang dkandungnya (meskipun gestasinya dikontrakan)baik secara genetik dan gestasi. Feminis radikal kultural pada umumnya tidak menyetujui gagasan mengenai ibu kontrak, karena akan menimbulkan pembagian secara destruktif (pengkotak-kotakan) di antara perempuan dibidang ekonomi (beruntung dan Tidak beruntung) dan kelompok-kelompok penghasil anak, pengandung anak, dan pengasuh anak (menurut Genea Corea). Feminis radikal-kultural juga menyesalkan alasan kontribusi genetik atau proses prokreatif atau alasan adanya pengakuan pengasuhan anak yang kemudian dijadikan dasar menjadi orangtua. Jika seorang ibu pinjaman tidak ada hubungan genetik dengan embrio yang dikandungnya maka ia tidak ada hak pengasuhan. Sebaliknya jika seoarang ibu pinjaman terdapat hubungan genetik dan gestasional dari embrio maka ia mempunyai hak memgklaim pengasuhan atas anaknya. Menurut feminis radikal-kultural laki-laki tidak mempunyai hak untuk mengatribusikan semua hak pengasuhan atas alasan genetik maupun maksud tertentu. Tidak seperti istri, seorang laki-laki tidak dapat mengalami jenis hubungan yang dapat dialami oleh seorang perempuan hamil dengan anaknya  (patriarkal).
Menurutnya masyarakat patriarkal mengabaikan hubungan gestasional dan menganggapnya sebagai peristiwa biologis semata dan tidak penting. Dan sebagai gantinya patriarkal menekankan nilai psikologisnya. Sebagian perempuan mungkin hanya mempunyai hubungan genetik atau hubungan intensional terhadap seorang anak sebelum kelahirannya, hal itu ditentang oleh feminis radikal-kultural karena itu bukanlah alasan untuk mengabaikan hubungan gestasional sebagai sumber hak atas pengasuhan atau orangtua. Sedangkan feminis radikal-libertarian tidak setuju atas pendapat tersebut, mereka beranggapan bahwa ibu pinjaman dan pasangan yang mengontraknya hidup dengan secara dekat satu sama lain mereka akan dapat berbagi di dalam pengasuhan anak yang mereka hasilkan secara berkolaborasi. Menurut feminis radikal libertarian, selama perempuan mengendalikan pengaturan reproduksi kolaboratif, ibu sewaan lebih potensial untuk meningkatkan kebebasan reproduksi daripada menurunkannya. Terdapat dua alasan feminis radikal-libertarian keberatan terhadap posisi feminis radikal-kultural. Pertama, karena perempuan lebih sesuai untuk melakukan tugas-tugas pengasuhan daripada laki-laki. Kedua, perempuan tidak seharusnya menekankan sifat simbiosis hubungan antara ibu dan fetus jika, perempuan ingin melindungi integritas ragawinya dari kekuatan koersi negara. Dengan dasar itu, feminis radikal-libertarian percaya bahwa semakin berkurangnya perempuan menekankan betapa “istimewanya”hubungan antara ibu dan fetus, maka semakin terpenuhi pula kepentingan perempuan.
Kritik terhadap Feminisme Radikal – Libertarian dan Radikal – Kultural
Feminisme radikal libertarian memiliki pandangan bahwa dalam masyarakat patrialkal, sebenarnya perempuan memiliki kemampuan untuk memilih adalah titik yang dipertanyakan.
Feminisme radikal cultural memiliki pandangan bahwa laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah berbeda baik dalam hal alamiah atau dalam hal pengasuhannya ( disebut esensialisme )
Menurut jean elshtain feminis radikal – cultural adalah salah dalm mengimplikasikan bahwa laki-laki dan perempuan adalah baik pada tingkat biologis maupun ontologism karena biologo dan ontology serinkali mengabaikan individualitas dan sejarah dari laki-laki dan perempuan yang nyata.
Elshtain mendesak feminis radikal cultural untuk melepaskan kategori yang menjebak perempuan dan  laki-laki dalam peran yang kaku.
Peran, menurut Elshtain, adalah definisi yang simplistic, yang menjadikan setiap laki-laki sebagai pengeksploitasi dan opresor yang sadar dan menjadikan perempuan   sebagai korban yang di eksploitasi dan di opresi. Kenyataannya adalah tidak setiap perempuan adalah korban dan tidak setiap laki-laki adalah penjahat hal ini dapat dilihat pada peran aktif wanita dalam sejarah social dengan laki-laki sebagai pendukung perempuan dalam perjuangan untuk meraih kebebasannya.
Menurut Elshtain, esensialisme dalam bentuk apapun tidak akan mempunyai tempat di dalam dunia manapun.
Elshtain menentang pendapat Mary Daly yang mengimplikasikan bahwa kapanpun dan dimanapun patriatkarl akan muncul yang merupakan manifestasi dari kebencian laki-laki terhadap perempuan, seperti suttee dalam agama hindhu, pengkerdilan kaki di Cina, sunat pada perempuan afrika, dan ginekolog barat.
Aliran penganut feminism radikal-kulturakl memiliki pertahanan untuk melindungi diri mereka, pertahanan ini menurut elshtain membawa feminis radikal – cultural kepadab visi utopia yang menganggap bahwa laki – laki mengandung semua keburukan, perempuan mengandung semua kebaikan , dunia yang berisi perempuan saja akan hangat, merawat, dan penuh dengan kreatifitas, esensi perempuan adalah kembali kepada rahim, dan hanya laki-laki yabg menghambat perempuan.
Menurut Elshtain perempuan sebagaimana laki-laki adalah manusia, keburukan dan kebaikan tanpa terhindarkan akan muncul di dalamkomunitas yang berisi perempuan semua, sehingga adanya konsep “ saya menderita, karena itu saya mempunyai kemurnian moral’’ yang menempatkan perempuan dalam posisi yang tinggi perlu dipertimbangkan kembali.
Pendikotomian : Balok Penghambat Yang Mengkerdilkan Pengenbangan pemikiran Feminis Radikal
Menurut Ferguson feminis radikal cultural bukan hanya menekankan bahaya heteroseksual, melainkan juga mengimplikasikan bahwa tidak ad heteroseksualitas yang konsensual dan stara antara laki – laki dan perempuan.
Ferguson menyalahkan pendapat feminism radikal cultural yang menganggap suatu seksualitas perempuan yang esensial  dengan hanya tujuan praktis akan menghasilkan bentuk seksualitas lesbian tertentu, menurutnya seksualitas adalah energy ragawi yang objek. 

0 komentar:

Posting Komentar